Suram: Rata-rata Pertumbuhan IPM Surabaya Terendah se-Jawa Timur

Mauli.id – Memahami Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah kunci menilai kualitas pembangunan suatu daerah. Angka ini mencerminkan kemampuan pemerintah memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya—pendidikan, kesehatan, dan standar hidup layak. Maka, menganalisis pertumbuhan IPM secara mendalam, khususnya di Jawa Timur, adalah langkah strategis yang penting.

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Surabaya, meskipun memiliki IPM tertinggi, mencatat pertumbuhan rata-rata terendah di Jawa Timur dalam lima tahun terakhir. Anomali ini memunculkan pertanyaan mendasar: mengapa pusat ekonomi provinsi justru mengalami stagnasi? Mengapa daerah lain dengan sumber daya lebih terbatas mampu mencatat pertumbuhan yang lebih signifikan?

Pemeringkatan IPM antar-daerah bukan sekadar membandingkan angka, tetapi juga untuk memahami dinamika pembangunan. Ini membantu mengungkap wilayah yang berhasil menjadi motor pertumbuhan dan memberikan pelajaran dari keberhasilan daerah lain. Lebih dari itu, analisis ini memacu Surabaya untuk mengevaluasi kebijakan dan merancang ulang prioritas pembangunan.

Pada akhirnya, pandangan ini merupakan catatan kritis bagi pemerintah kota Surabaya agar pembangunan yang dilakukan dirancang dan dilaksanakan lebih baik.

1. Kinerja IPM Kota Surabaya di Jawa Timur

Kota Surabaya memiliki nilai IPM tertinggi dibandingkan daerah lain. Dari data yang kami dapatkan (rata-rata 83,54), menunjukkan bahwa Surabaya sebagai kota metropolitan dan pusat perekonomian, Surabaya telah mencapai tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi.

Namun demikian, rata-rata pertumbuhan IPM Kota Surabaya selama lima tahun terakhir hanya mencapai 0,58 persen, menjadikannya yang terendah di Jawa Timur. Angka ini bahkan tertinggal dibandingkan dengan Kabupaten Gresik 0,75 persen, Kabupaten Sidoarjo 0,63 persen, Kota Blitar 0,79 persen, dan daerah non-metropolitan seperti Kabupaten Tulungagung 0,67% persen, yang berhasil masuk dalam lima besar rata-rata pertumbuhan IPM tertinggi di Jawa Timur selama periode yang sama.

Hal ini dapat diindikasikan bahwa laju peningkatan kualitas hidup di Surabaya mulai melambat, meskipun IPM sudah berada pada level tinggi. Faktor ini sering disebut sebagai Diminishing Returns, di mana semakin tinggi suatu indikator, semakin sulit untuk meningkatkan angka tersebut secara signifikan.

2. Tren Pertumbuhan Tahunan

Pada tahun 2020–2021: Pertumbuhan IPM Kota Surabaya hanya sebesar 0,22%, angka ini adalah yang terendah dalam dataset kami. Ini kemungkinan besar disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19 yang menghantam kota-kota besar lebih keras dibandingkan daerah lain, terutama di sektor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

Lalu pada tahun 2021–2022: Ada sedikit perbaikan dengan pertumbuhan sebesar 0,46%, tetapi masih tertinggal dari daerah lain yang mampu tumbuh di atas rata-rata 1%, seperti Kabupaten Tulungagung (1,16%).

Sedangkan pada tahun 2023–2024: Pertumbuhan kembali stabil di angka sekitar 0,59%, tetapi masih jauh dari potensi optimal Surabaya sebagai kota metropolitan.

3. Opsi Perbaikan

Saya perhatikan pemerintah kota Surabaya terlalu cepat berpuas diri, belum melihat secara objektif terkait efektivitas program pembangunan manusia yang kurang inovatif dibandingkan daerah lain yang lebih agresif dalam meningkatkan layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.

Seperti halnya yang pernah saya sampaikan sebelumnya, dalam bebera tahun terakhir. Meski secara nominal anggaran untuk pendidikan kota Surabaya di atas rata-rata daerah di Jawa Timur, namun kenyataannya angka tersebut belum memenuhi spending mandatory minimal 20 persen dari total belanja daerah.

Melakukan efisiensi program, Program yang sudah berjalan perlu dievaluasi untuk memastikan efisiensi anggaran dan efektivitas implementasi. Langkah ini penting untuk mengatasi stagnasi pertumbuhan IPM.

Mungkin kita akan sedikit kaget, salah satu yang mengalami peningkatan belanja setiap tahun dengan konsisten itu adalah belanja operasi, lebih dari itu, terdapat pula bahwa satu-satunya anggota DPRD yang punya agenda rutin kunjungan luar negeri setiap tahun hanya pemerintah Kota Surabaya.

Tingkatkan kemitraan dan Kolaborasi, Sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya dapat memanfaatkan kedekatan dengan daerah seperti Sidoarjo dan Gresik untuk mengembangkan model kolaboratif dalam pembangunan regional.

Terkait

Sebelum
tinggalkan halaman

Mauli.id diperkuat oleh jaringan dan tim profesional, pengembang, analis, dan tim editor yang butuh dukungan untuk bisa memproduksi konten secara rutin.

Terbaru