Mauli.id – Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kediri pada tahun 2023 ini mengalami penurunan yang sangat drastis. Bahkan penurunan paling drastis dalam enam tahun terakhir, hal ini mengindikasikan pemerintah kabupaten kediri pesimis dalam mengelola sumber kekayaan daerah sebagai penopang kekuatan APBD.
Pertumbuhan daerah mengalami fluktuasi yang signifikan, dengan rata-rata angaka pertumbuhannya di -0,1 persen yang berarti stagnan dalam lima tahun terakhir, dengan puncak kenaikan pada tahun 2019 dan 2022, namun diimbangi dengan penurunan tajam pada tahun 2020 dan 2023.
Data Keuangan Daerah
2019 | 2020 | 2021 | 2022 | 2023 | Rata-rata | |
---|---|---|---|---|---|---|
Pendapatan Daerah | 2.998,84 M | 2.835,33 M | 2.923,11 M | 3.059,86 M | 2.841,14 M | 2.931,66 M |
Pertumbuhan | 4,6% | -5,5% | 3,1% | 4,7% | -7,1% | -0,1% |
Belanja Daerah | 2.991,16 M | 2.832,28 M | 2.937,42 M | 3.154,10 M | 3.382,66 M | 3.059,52 M |
Pertumbuhan | 9,2% | -5,3% | 3,7% | 7,4% | 7,2% | 4,5% |
Sementara itu, belanja daerah Kab. Kediri menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil, mencerminkan komitmen terhadap pembangunan infrastruktur. secara umum, belanja daerah APBD Kab. Kediri selalu mengalami devisit, dalam artian belanja daerah pendapatan daerah, hal ini menciptakan tantangan dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Meskipun begitu, tahun 2019 memberikan inspirasi dengan keberhasilan pendapatan mengungguli belanja, menunjukkan potensi untuk efisiensi pengeluaran di masa depan.
Pendapatan Daerah. Terjadi peningkatan pendapatan dari tahun 2018 ke 2019 sebesar 4,6%. Kemudian terjadi penurunan pendapatan sekitar 5% dari tahun 2019 ke 2020. Pada tahun 2021, pendapatan kembali meningkat sebesar 3,1%.
Dari tahun 2021 ke 2022, terjadi kenaikan sekitar 4,7%. Namun, dari tahun 2022 ke 2023, terjadi penurunan yang signifikan sekitar 7,17%.
Analisis sederhananya mengindikasikan bahwa pemerintah Kabupaten Kediri pesimis untuk meningkatkan pendapatan daerah, hal tersebut tercermin dari rendahnya target pendapatan yang dipatot pada tahun 2023 yang hanya Rp.2.841 M. dimana angka tersebut masih di bawah rata-rata penadaptan daerah selama lima tahun terakhir yang berkisar Rp.2.931 M.
Tidak hanya di bawah pertumbuhan rata-rata, Pendapatan daerah pada APBD tahun 2023 juga terendah dalam lima tahun terakhir. Proyeksi pendapatan daerah 2023 lebih rendah Rp.218 M apabila dibandingkan dengan realiasi pada tahun 2022 dan lebih rendah Rp.82 M dibandingkan dengan realisasi pendapatan daerah di APBD tahun 2021, tercatat hanya sekali melampaui realiasi yaitu pada tahun 2020.
Belanja Daerah. Terjadi peningkatan belanja dari tahun 2018 ke 2019 sebesar 9,2%. Pada tahun 2019 ke 2020, terjadi penurunan sekitar 5,3%. Dari tahun 2020 ke 2021, terjadi kenaikan sebesar 3,7%. Dari tahun 2021 ke 2022, terjadi kenaikan sekitar 7,4%. Dari tahun 2022 ke 2023, terjadi peningkatan sebesar 7,2% dan 4,5%.
Bertolak belakang dengan pendaptan daerah, Belanja daerah pada APBD Kab. Kediri 2023 justru terus mengalami peningkatan pertumbuhan yang dinamis. dalam lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan daerah pada APBD Kab. Kediri mencapai 4,5% dengan rata-rata belanja daerah 3,05 T.
Belanja daerah pada APBD 2023 juga berada di atas rata-rata dalam lima tahun terakhir, bahkan belanja daerah Kab. Kediri tahun 2023 bisa dibilang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Selisih (Devisit/Suprlus). Format APBD Kab. Kediri 2023 mengalami devisit yang sangat lebar yaitu lebih setengah triliun (Rp.541 M). Hal ini mengindikasikan keberadaan defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang harus diperhatikan. Meskipun terdapat tantangan, tahun 2019 menawarkan contoh inspiratif di mana pendapatan berhasil mengungguli belanja, menunjukkan potensi untuk manajemen anggaran yang lebih efisien. Dalam keseluruhan, analisis ini mengilustrasikan kompleksitas dan tantangan dalam mengelola keuangan daerah, sambil menawarkan peluang untuk peningkatan strategis di masa depan.